Elemen Kebahagiaan : Anak

Anak ditengarai oleh al-Quran sebagai salah satu diantara elemen yang dipandang oleh syahwat manusia sebagai sumber kesenangan dan kenikmatan hidup. Sementara di sisi lain anak juga ditengarai sebagai makhluk yang dilengkapi dengan intuisi dan memiliki potensi untuk berkembang menjadi baik atau buruk (Q.S. 91:8). Karenanya diantara anak itu ada yang disebut dengan predikat “fitnah” (ujian), zinat al-hayat ad-dunya” (hiasan kehidupan dunia),qurrata a’yun” (penenang/penyejuk pandangan mata), bahkan diantaranya disebut  “‘aduww” (musuh).

Dari banyaknya predikat yang disematkan al-Quran pada anak, patutlah diambil pelajaran bahwa kebahagiaan yang berkaitan dengan keberadaan anak bukanlah hasil yang dapat diraih secara cuma-cuma dan tanpa syarat, melainkan terkait erat dengan upaya yang dilakukan para orang-orang dewasa yang berperan sebagai orang tua, guru, sahabat, pendamping, maupun pengayom. “Sungguh berbahagia orang yang telah mensucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya” (Q.S. 91:9-10).

Anak dapat tumbuh berkembang dan menyenangkan setelah dibekali pendidikan, dengan agama ataupun tanpa agama. Perbedaanya terletak pada…, jika tanpa agama, anak hanya akan menjadi “mata’ al-hayat ad-dunya” (kesenangan hidup dunia) minus manfaat dan kebahagiaan akhirat. jika disertai motifasi dan arahan agama, anak disamping dapat menjadi elemen kesenangan hidup di dunia juga berfaidah dan menjadi simpanan berharga bagi kehidupan akhirat yang baka.

Kebahagiaan yang menjadi dambaan setiap insan beriman adalah kebahagian yang berkesinambungan sejak dari dunia yang sementara hingga akhirat yang kekal selamanya. Seorang muslim tidak dipandang baik ketika ia terpesona dengan kehidupan dunia lalu melupakan akhiratnya, demikian juga sebaliknya ketika ia meninggalkan kehidupan dunia dengan alasan akhirat, karena dunia merupakan sarana menuju akhirat. Dan bekal terpenting untuk mencapai segala keinginan hanyalah agama dan ilmu pengetahuan.

Anak baru benar-benar berharga dan terasa menfaatnya, serta dapat menjadi elemen kebahagiaan hidup ketika ia dibekali ilmu pengetahuan dan agama, yang disampaikan secara bijak oleh orang-orang yang amanah, bertanggung jawab, ikhlas, dan berakhlak mulia. Tantangan yang membentang di hadapan… adalah sebuah pertanyaan… masihkah tersisa dalam diri kita sikap-sikap luhur dan akhlak mulia untuk membimbing dan mengarahkan anak-anak kita dengan motifasi agama dan karena Allah semata?  Kewajiban kita bersama adalah mencari dan menemukan jawabannya di diri kita dengan segera, dengan belajar mengikuti para rasul utusan yang menyatakan…”wa maa as-alukum ‘alayhi min ajrin in ajriya illa ‘ala Llahi robbi l-‘alamin” (tidak kuminta pada kalian upah atas apa yang aku lakukan, kecuali aku meminta pada Allah pemelihara semesta alam).  ((Ahmad Abu Farhat : awardi875@yahoo.com))